Hinduchannel.tv- Webinar Pendekatan Multikultural dalam Bimbingan Keagamaan: Strategi Menghadapi Tantangan Keberagaman resmi dimulai. Acara ini diikuti oleh 274 peserta yang bergabung melalui Zoom Meeting dan 30 peserta lainnya mengikuti melalui YouTube Bimas Hindu RI yang merupakan Penyuluh ASN dan Non Asn yang dipandu oleh moderator Ketut Budiawan, Selasa (1/10/2024) pagi.
Lukman Hakim menyampaikan apresiasi kepada Bimas Hindu atas terselenggaranya webinar ini. Dalam pemaparannya, beliau menekankan beberapa poin utama:
- Penyuluh Agama sebagai Penerang: Penyuluh agama memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran agama secara bijak dan inklusif di tengah keberagaman.
- Keberagaman Tafsir Agama: Setiap agama, termasuk Hindu, memiliki teks suci yang bisa ditafsirkan secara berbeda oleh tiap individu. Di dalam agama Hindu, terdapat perbedaan praktik antara Hindu di Bali dan di daerah lainnya.
- Tantangan Ekstremisme dalam Agama: Pemahaman agama yang ekstrem tanpa memperhatikan konteks bisa memicu konflik. Beliau memperingatkan bahwa tafsir agama yang menyimpang dan praktik yang menolak demokrasi serta keberagaman merupakan bentuk ekstremisme yang harus dihindari.
- Toleransi dan Budaya Lokal: Toleransi adalah kemampuan menghargai perbedaan. Beliau menekankan pentingnya menghormati dan melestarikan budaya lokal, sambil tetap menjalankan ajaran agama dengan baik.
Lukman Hakim yang juga pernah menjadi Menteri Agama, membahas hubungan erat antara agama dan budaya, di mana budaya menjadi media utama dalam menyampaikan ajaran agama. Budaya lokal perlu dihormati karena sudah ada sebelum agama masuk, namun agama hadir untuk menumbuhkan kasih sayang dan keadilan. Namun, perbedaan budaya juga memunculkan berbagai corak dalam ekspresi keagamaan.
Misalnya, perbedaan antara pemaknaan normatif dan substansial dalam memandang agama, yang dapat menghasilkan berbagai sekte atau aliran dalam satu agama. Beberapa tantangan yang dihadapi oleh penyuluh agama antara lain,
- Migrasi Budaya: Penyuluh agama harus bijak dalam menyesuaikan budaya setempat tanpa mengurangi esensi ajaran agama.
- Perusakan Rumah Ibadah: Penyuluh harus mampu berkomunikasi dengan pemerintah untuk menghindari konflik terkait pendirian rumah ibadah.
- Sikap terhadap Ateis dan Budaya Lokal: Penyuluh harus bijaksana dalam menghadapi orang yang tidak beragama atau yang membangkitkan budaya lokal secara ekstrem.
Selain tantangan yang dihadapi penyuluh, narasumber juga memaparkan solusi untuk menghadapai tantangan tersebut, seperti
- Menghargai Budaya Setempat: Budaya lokal harus dihormati tanpa mengabaikan ajaran agama.
- Komunikasi Efektif: Penyuluh harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan pemerintah dan masyarakat setempat.
- Relasi Beragama: Mayoritas dan minoritas bukanlah konsep yang seharusnya mendominasi kehidupan beragama, melainkan prinsip keadilan dan kemanusiaan harus dikedepankan.
- Keadilan dan Kemanusiaan: Penyuluh agama harus mengajarkan bahwa kebaikan selalu lebih efektif daripada kekerasan dalam menyebarkan ajaran agama.
Dalam sesi diskusi, peserta menyampaikan berbagai pertanyaan mengenai tantangan keberagaman dan ekstremisme. Salah satu topik yang dibahas adalah peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam mempercepat proses pembangunan rumah ibadah dan bagaimana penyuluh dapat berperan aktif menjembatani komunikasi dengan pemerintah.
Webinar diakhiri pada pukul 12.00 WIB dengan kesimpulan bahwa pendekatan multikultural dalam bimbingan keagamaan sangat penting untuk menjaga harmoni dalam masyarakat yang beragam. Penyuluh agama diharapkan terus meningkatkan pemahaman mereka terhadap tantangan keberagaman dan ekstremisme, serta tetap menjaga nilai-nilai toleransi dan moderasi dalam menjalankan tugasnya.
Be First to Comment