Press "Enter" to skip to content
Meluruskan Persepsi Tentang Biaya Ngaben Mahal-Dewa Ketut Suratnaya (Foto: Hindu Channel)

Meluruskan Persepsi Tentang Biaya Ngaben Mahal

HinduChannel.tv – Bali, yang dikenal dengan kebudayaannya yang kaya dan beragam, sering kali menjadi sorotan dalam berbagai aspek, salah satunya adalah tradisi ngaben. Dewa K. Suratnaya, narasumber tetap di kanal YouTube Hindu Channel, memberikan penjelasan terkait variasi tradisi ngaben yang ada di Bali, yang ternyata tidak selalu semarak seperti yang sering dipersepsikan oleh masyarakat luar Bali.

“Di Bali, kalau mau bicara tentang kematian, lihatlah Bali Utara, Timur itu tidak sama. Tidak semua tempat di Bali melaksanakan ngaben dengan cara kremasi. Misalnya di Besakih, ada 18 desa adat yang tidak melakukan kremasi, semua dipendem, mereka punya istilah masing-masing” ujarnya.

Ngaben, yang sering dianggap sebagai upacara kremasi besar dan megah, ternyata memiliki banyak variasi sesuai dengan adat dan kepercayaan masing-masing daerah di Bali. Di Bali, ada sembilan pilihan cara pelaksanaan ngaben, mulai dari yang paling utama, hingga yang lebih sederhana. Bahkan dalam kategori sederhana, ada variasi yang lebih hemat, tergantung pada kemampuan finansial individu.

“Ngaben yang orang lihat itu yang semarak, tetapi kan orang itu mampu, apa kita bisa mencegah? Ngaben itu banyak pilihan, makanya di Bali itu ada 9 pilihan, dari yang utama, yang tengah/madya, hingga yang sederhana. Bahkan yang sederhana pun ada lagi yang lebih sederhana, jadi ngga harus besar dan mewah. Ya kalau orang yang melaksanakan ngaben dengan cara itu mereka mampu, itu urusan mereka masing-masing. Tapi bukan berarti tidak ada pilihan yang lebih sederhana,” tambah Dewa K. Suratnaya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dalam ajaran Rg Veda 10.15 terdapat dua pilihan utama untuk pelaksanaan ngaben, yaitu dagdagni (kremasi/dibakar) dan an agni dada (dikubur). Teknik pelaksanaan ini disesuaikan dengan kebiasaan dan kepercayaan masyarakat di masing-masing daerah Bali. Bahkan, beberapa daerah di Bali Barat seperti Tabanan, meskipun menyebutnya ngaben, memilih untuk tidak membakar jenazah secara fisik, melainkan menguburnya, namun tetap menggunakan nama ngaben.

“dalam Rg Veda 10.15 ada 2 pilihan “Dagdagni (kremasi/dibakar) dan an agni dada (dikubur)” teknik pelaksanannya diserahkan kepada masing-masing tempat, ada pilihan bahkan kalau saya lihat di suatu tempat di Bali Barat di Tabanan misalnya, namanya ngaben tapi ngga dibakar tu namanya tetep ngaben, ya macem-macem ada yang namanya katakanlah ngaben nyuaste bambang dikubur dia tapi namanya ngaben”  Jelasnya.

Terakhir, Dewa K. Suratnaya menekankan bahwa ngaben tidak selalu dibakar secara fisik, namun bisa juga ngaben dengan menggunakan mantra seperti “agni praline”, meskipun fisiknya tetap dikubur.

“Artinya, ngaben itu tidak selalu dibakar secara fisik. Bisa saja dibakar dengan mantram, misalnya mantram agni praline yang dilakukan dengan kekuatan batin dan spiritual, meskipun fisiknya tetap dikubur. Jadi, kalau tidak paham dengan istilah ngaben, lebih baik jangan membicarakannya,” pungkasnya. (vt)

 

Views: 10
Bermanfaat, share yuk:

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *