Press "Enter" to skip to content
Memaknai Buda Cemeng Klawu Sebagai Simbol Kemakuran (Foto: Ilustrasi/VT)

Memaknai Buda Cemeng Klawu Sebagai Simbol Kemakmuran

HinduChannel.tv – Buda Cemeng Klawu atau biasa disebut juga Buda Wage Klawu merupakan salah satu hari suci penting dalam kalender Bali yang dirayakan dengan penuh kesakralan oleh umat Hindu, jatuh pada hari rabu wage, wuku klawu dalam kalender Saka-Bali dan diperingati setiap 6 bulan atau 210 hari sekali.

Makna Buda Cemeng Klawu

Rahina Buda Cemeng Klawu adalah hari pemujaan kepada Bhatara Rambut Sedana atau juga dikenal sebagai Dewi Sri/Laksmi untuk memohon kemakmuran dan kesejahteraan. Dalam tradisi umat Hindu Bali “Bhatara Rambut Sedana” atau “Dewi Sri/Laksmi” merupakan manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Dewi kemakmuran dan kekayaan kepada manusia. Nama Sri sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang artinya kemakmuran, kekayaan, kecantikan, keberuntungan, serta nama lain dari Dewi Laksmi yaitu Sakti dari Dewa Wisnu. Perayaannya dilakukan setiap piodalan rambut sedana tepatnya pada hari Buda Cemeng Klawu dan dilaksanakan di pemerajan keluarga, pura kahyangan tiga pamakraman maupun pura kahyangan jagat.

Dalam Lontar Sundarigama disebutkan: “Buda Wage Kliwon yang disebut juga Buda Cemeng Klawu merupakan saat memuja Batari Rambut Sadana, sang Dewi penguasa atas uang. Saat itu diyakini sebagai saat beryoganya Batari Rambut Sadana.”

Selain itu, upacara ini juga dilaksanakan oleh para pelaku usaha seperti pedagang pasar, pemilik toko, restoran, dan lembaga keuangan. Persembahan khusus diberikan untuk menghormati Ida Bhatara Sedana “Dewi Kemakmuran” sebagai bentuk rasa syukur atas keberkahan yang diberikan. Pada hari itu juga umat Hindu di Bali tidak boleh menggunakan uangnya untuk membeli barang atau membayar utang, karena mereka percaya bahwa uang itu akan hilang selamanya.

Dalam literatur Hindu dipahami bahwa uang pada dasarnya adalah sarana bukan tujuan hidup. Jika kita memanfaatkan uang dengan tepat berdasarkan konsep Tuhan, uang akan menuntun pada kehidupan fisik dan spiritual yang bahagia. Jika uang dianggap sebagai hal terpenting dalam hidup, pada kepercayaan setempat adalah hal ini akan membawa kesengsaraan. Oleh karena itu, idenya adalah menggunakan uang sebagai sarana untuk mewujudkan Dharma (kebenaran/kebaikan).

Dalam lontar Sundarigama juga disebutkan: “Budha Cemeng adalah hari untuk menyucikan diri agar dapat mengendalikan nafsu keinginan. Hal itu diwujudkan dengan beryoganya Bhatari Manik Galih. Banten yang dipersembahkan adalah canang wangi di Sanggah dan pelangkiran sebagai pemujaan kepada Sri Nini. Setelah itu melakukan renungan suci pada malam harinya.”

Mantra Puja Laksmi

Pada saat Buda Cemeng Klawu dapat melantunkan mantra laksmi puja yaitu sebagai berikut:

Om Sri Mahalaksmi ca vidmahe

Visnupatnyai ya dimahi

Tanno laksmi pracodayat

Artinya:

Semoga kami merealisasikan Mahalaksmi. Marilah semedi atas saktinya Dewa Wisnu dan semoga Laksmi menyinari hamba.

Asal Usul Pemujaan Dewi Sri

Pemujaan terhadap Dewi Sri berawal perkembangan dan penyebaran penanaman padi di Asia, kepercayaan terhadap Dewi sri akhirnya bermigrasi dan mempengaruhi masyarakan di Nusantara. Mitologi Dewi Sri di Nusantara diperkirakan sudah ada sejak abad ke 1, dan disamakan dengan Dewi Hindu yaitu Sri Laksmi karena sering dianggap sebagai salah satu manifestasinya.

Pemujaan terhadap Dewi Sri diduga berasal dari masa prasejarah, terkait dengan penyebaran pertanian padi di Asia yang mungkin dibawa oleh masyarakat Austroasia atau Austronesia. Mitologi mengenai sosok roh, dewa atau dewi padi tersebar di berbagai suku di Indonesia dan negara sekitarnya.

Beberapa arca yang terbuat dari batu dan perunggu yang disebut sebagai “Dewi Sri” ditemukan pada zaman Jawa kuno, Arca ini berbentuk mudra (sikap tangan) dan laksana (atribut dan ciri-ciri) pada arca, namun ikon Dewi Sri di Indonesia berbeda dengan murti dewi Sri Laksmi yang ditemukan di India. Di India Laksmi sering ditampilkan dengan memegang bunga Padma (teratai merah), sementara di Indonesia penggambaran Dewi Sri selalu terkait dengan padi.

Dewi Sri dipercayai sebagai dewi yang menguasai bumi dan juga bulan. Perannya mencakup. segala aspek lbu Dewi, yakni sebagai pelindung kelahiran dan kehidupan. la juga dapat mengendalikan bahan makanan di bumi terutama padi sebagai bahan makanan pokok masyarakat Indonesia, oleh karena itu, Dewi Sri mengatur kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran.

Tidak hanya itu, Dewi Śri juga mengendalikan segala kebalikannya yaitu: kemiskinan, bencana kelaparan, hama penyakit, dan hingga batas tertentu, memengaruhi kematian. Karena Ia merupakan simbol bagi padi, Ia juga dipandang sebagai ibu kehidupan. (ev)

 

Views: 28
Bermanfaat, share yuk:

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *