HinduChannel.tv – Soma Ribek merupakan rangkaian Hari Saraswati yang diperingati dua hari setelah Hari Saraswati dan satu hari setelah banyu pinaruh. Perayaan soma ribek menjadi bagian penting dalam perayaan agama Hindu Bali. Jatuh setiap 35 hari sekali, tepatnya pada Soma Pon Wuku Sinta.
Soma Ribek erat kaitannya dengan perayaan Saraswati, hari raya yang didedikasikan untuk menghormati ilmu pengetahuan. Soma Ribek diperingati dua hari setelah Saraswati dan sehari setelah Banyu Pinaruh, hari pembersihan diri. Usai penyingkapan ilmu di Hari Saraswati dan pembersihan diri di Banyu Pinaruh, Soma Ribek menjadi momen untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat dan karunia Tuhan.
Soma Ribek dianggap sebagai hari untuk menghormati Sang Hyang Sri Amrta yang bersemayam di Lumbung (tempat penyimpanan beras), dan sering disebut sebagai hari pangan bagi umat Hindu Bali. Perayaan ini menekankan pentingnya menggunakan ilmu secara bijak untuk mencapai kesejahteraan. Soma dikaitkan dengan Sang Hyang Wisnu yang melambangkan udara sebagai amertha pawitra. “Pon” berkaitan dengan Sang Hyang Mahadewa yang melambangkan udara sebagai amertha kundalini, dan Wuku Sinta berkaitan dengan Sang Hyang Yama yang melambangkan api sebagai amertha kundalini. Unsur ketiga ini sangat penting bagi kehidupan. Dalam Lontar Sundarigama disebutkan sebagai berikut:
“Soma Pon Sinta disebut juga Soma Ribek, hari puja wali Sang Hyang Sri Amrta, tempat bersemayamannya adalah di Lumbung. Pada hari ini diadakan widhi widhana untuk selamatan atau penghormatan terhadap beras di pulu dan padi di lumbung yang sekaligus mengadakan pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai tanda bersyukur serta semoga tetap memberi kesuburan.”
Pada saat Soma Ribek, umat Hindu Bali melaksanakan prosesi widhi widhana, yaitu ritual syukuran atas beras yang ada di pulu (tempat penyimpanan beras) dan beras yang ada di lumbung. Ritual ini meliputi pemujaan terhadap Dewi Sri, dewi kesuburan, dengan harapan hasil panen melimpah. Sarana upakara-nya, nyanyah geti-geti, gringsing, raka-raka, pisang emas dan bunga-bunga yang harum.
Yang menarik, pada saat hari suci Soma Ribek terdapat tradisi berpantang untuk tidak menjual atau menumbuk padi pada hari tersebut, karena hari ini dipersembahkan untuk Bhatari Sri. Soma Ribek adalah waktu untuk memuja Sang Hyang Tri Pramana dan menyerap hakikat kebenaran, serta menghindari tidur di siang hari. Hal ini juga disebutkan dalam Lontar Sundarigama, yaitu sebagai berikut:
“ikang wang tan wenang anumbuk pari, angadol beras, katemah dening Bhatara Sri. Pakenania wenang ngastuti Sang Hyang Tri Pramana. Angisep sari tatwa adnyana, aje aturu ring rahinane.”
Yang artinya: Umat manusia tidak dibenarkan menumbuk padi, menjual beras, yang melanggar pantangan itu dinyatakan akan tiada mendapat anugerah Ida Batara Sri. Sepatutnya memuja Sang Hyang Tripramana, menyerap sari tattwa jnana, dan jangan tidur di siang hari.
Perayaan Soma Ribek merupakan pengingat bagi umat Hindu Bali untuk selalu mensyukuri segala nikmat yang diberikan dan menggunakan ilmu secara bijak untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. Yang mesti dilakukan oleh umat manusia saat hari suci Soma Ribek adalah memuja Sang Hyang Tripramana (Dewa penguasa tiga situasi dunia) yakni kenyataan, tanda-tanda dan falsafah agama (tatwa). Dan tidak tidur di siang hari, dimaksudkan agar manusia bekerja dengan penuh semangat dan tidak malas. (ev)
Be First to Comment