Press "Enter" to skip to content
Ajik Dewa Suratnaya (Tangkapan layar YouTube Hindu Channel)

Mengapa Bali Tidak Diislamkan oleh Wali Songo? Perspektif Sejarah

Hinduchannel.tv – Sejarah penyebaran agama di Nusantara selalu menjadi topik menarik untuk dibahas. Dewa K. Suratnaya, narasumber tetap di kanal Hindu Channel, memberikan penjelasan mendalam tentang mengapa Wali Songo, yang dikenal sebagai penyebar Islam di Jawa, tidak berfokus pada Bali. Penjelasan ini menjadi pembuka wawasan baru tentang prioritas dan strategi penyebaran Islam pada abad ke-14.

“Para Wali Songo memang memiliki misi utama untuk mengislamkan Jawa, karena wilayah ini merupakan pusat budaya dan kekuasaan di Nusantara. Bali, dengan populasi kecil dan tradisi kuatnya, dianggap tidak menjadi prioritas pada masa itu,” ujar Dewa K. Suratnaya.

Fokus pada Jawa Sebagai Pusat Kekuasaan
Menurut Dewa K. Suratnaya, Wali Songo memilih Jawa sebagai prioritas karena kerajaan-kerajaan besar di wilayah ini, seperti Demak dan Cirebon, memiliki pengaruh signifikan terhadap Nusantara. Pendekatan patronase, yaitu agama penguasa memengaruhi agama rakyat, menjadi strategi utama penyebaran Islam di Jawa.

“Jika pemimpin di sebuah wilayah memeluk Islam, maka rakyatnya akan mengikuti. Hal ini terlihat dari transisi Pajajaran menjadi Kesultanan Cirebon,” jelasnya.

Kekuatan Tradisi dan Sistem Sosial Bali
Berbeda dengan Jawa, Bali memiliki tradisi dan sistem sosial yang kokoh. Desa adat menjadi elemen kunci dalam mempertahankan budaya dan kepercayaan masyarakat. Menurut Dewa K. Suratnaya, desa adat berfungsi sebagai benteng yang menjaga keutuhan identitas Bali.

“Tradisi desa adat membuat Bali tidak mudah terpengaruh oleh ajaran baru. Budaya dan agama di Bali sudah sangat kuat sebelum kedatangan para Wali Songo,” tambahnya.

Aspek Spiritual dan Metafisik
Selain sistem sosial, Dewa K. Suratnaya juga menjelaskan bahwa aspek spiritual memiliki peran besar dalam menjaga Bali dari pengaruh luar. Ia menyebut konsep skala (fisik) dan niskala (metafisik) sebagai kunci dalam mempertahankan keseimbangan Bali.

“Sejak abad ke-10, Bali telah memiliki pagar metafisik yang menjaga pulau ini dari invasi, baik secara fisik maupun spiritual. Keseimbangan antara aspek skala dan niskala menjadi keunikan Bali yang sulit ditembus,” ungkapnya.

Kesimpulan Sejarah dan Budaya
Dewa K. Suratnaya menekankan pentingnya melihat sejarah secara menyeluruh untuk memahami dinamika penyebaran agama di Nusantara. Ia juga mengingatkan pentingnya menghargai keberagaman budaya sebagai kekayaan bangsa.

“Bali adalah contoh bagaimana budaya dan tradisi bisa menjadi perisai dalam menjaga identitas suatu komunitas. Keberagaman ini adalah aset yang harus kita jaga,” pungkasnya.

Views: 66
Bermanfaat, share yuk:

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *