Press "Enter" to skip to content
Ibu dalam Perspektif Hindu (Foto: Ilustrasi/ VT)

Mengapresiasi Peran Ibu di Hari Ibu

HinduChannel.tv – Hari Ibu, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia, adalah momen istimewa untuk mengenang dan menghormati peran luar biasa seorang ibu dalam keluarga dan masyarakat. Lebih dari sekadar perayaan, Hari Ibu adalah pengingat akan kasih sayang, dedikasi, dan pengorbanan yang diberikan oleh para ibu dalam membangun generasi penerus bangsa.

Sejarah Hari Ibu

Hari Ibu di Indonesia memiliki akar sejarah yang dalam. Perayaan ini pertama kali dideklarasikan dalam Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta pada tahun 1928. Kongres ini mempertemukan berbagai organisasi perempuan dari berbagai daerah untuk membahas isu-isu penting, seperti pendidikan, hak perempuan, dan nasionalisme. Penetapan 22 Desember sebagai Hari Ibu oleh Presiden Soekarno pada tahun 1953 menjadi tonggak pengakuan terhadap kontribusi perempuan, khususnya para ibu, dalam perjuangan bangsa.

Hari Ibu dalam Perspektif Hindu

“Wahai suami dan istri hendaknya kamu berbudi pekerti yang luhur, penuh kasih sayang dan kemesraan di antara kamu. Lakukan tugas dan kewajibanmu dengan baik dan patuh kepada hukum yang berlaku. Turunkanlah putra-putri yang perwira, bangunlah rumahmu sendiri dan hiduplah dengan suka cita di dalamnya” (Atharvaveda XIV.2.43).

Dalam tradisi Hindu, ibu dipandang sebagai pusat kehidupan keluarga dan simbol kasih sayang yang tulus. Ajaran “Matru Devo Bhava” menekankan bahwa ibu dihormati setara dengan Tuhan karena perannya dalam melahirkan, membimbing, dan melindungi keluarganya. Manavadharmasastra menyebutkan, “Jika ibu wajahnya selalu memancarkan keceriaan, seluruh rumah tangga berbahagia, tetapi jika wajahnya cemberut, semuanya akan kelihatan suram” (III.62).

Dalam kitab-kitab suci Hindu seperti Atharvaveda dan Yajurveda, hubungan antara suami dan istri diibaratkan sebagai satu jiwa dalam dua badan, yang bersama-sama bertugas mewujudkan keharmonisan, kesejahteraan, dan kebahagiaan rumah tangga. Kehidupan rumah tangga yang disebut Grahasthasrama dimulai dengan upacara perkawinan (Vivaha), yang dianggap sakral dan merupakan awal dari perjalanan bersama untuk menjalankan Dharma.

Ibu juga diidentifikasi sebagai sumber cinta kasih tanpa syarat, seperti disebutkan dalam Sarasamuccaya 244: “Demikianlah Ibu, dalam kasih sayang kepada anaknya sama rata, sebab baik anaknya mampu atau tidak mampu, yang baik budi pekertinya atau yang tidak baik, yang miskin atau kaya, anak-anaknya itu semua dicintai dan dijaganya.”

Peran Ibu dalam Masyarakat Hindu

Di dalam Manavadharmasastra IX.2,3,9 dan 11 dapat dirangkumkan sebagai berikut:

  1. Suami wajib melindungi istri dan anak-anak serta memperlakukan istri dengan wajar dan hormat. Wajib memelihara kesucian hubungannya dengan saling mempercayai sehingga terjamin kerukunan dan keharmonisan rumah tangga.
  2. Suami hendaknya menyerahkan harta kekayaannya dan menugaskan istrinya untuk mengurusnya juga urusan dapur, upacara agama dalam rumah tangga, dan dalam upacara-upacara yang besar bersama suaminya.
  3. Suami berusaha menjamin kehidupan istrinya serta memberikan nafkah, terutama bila dalam suatu urusan atau ketika ia harus melaksanakan tugas ke luar daerah.
  4. Suami wajib menggauli istrinya dan mengusahakan agar antara mereka sama-sama menjamin kesucian pribadi dan keturunannya serta menjauhkan diri dari segala unsur yang mengakibatkan perceraian.
  5. Suami hendaknya selalu merasa puas dan bahagia bersama istrinya karena bila dalam rumah tangga suami istri selalu merasa puas, maka rumah tangga itu akan terpelihara kelangsungannya.
  6. Suami wajib menjalankan Dharma Grhastha dengan baik, Dharma kepada keluarga (Kula Dharma), terhadap masyarakat dan bangsa (Vamsa Dharma), serta wajib mengawinkan putra-putrinya pada waktunya.
  7. Suami berkewajiban melaksanakan Sraddha, Pitrapuja kepada leluhurnya, memelihara anak cucunya serta melaksanakan Yajna.

Demikian antara lain tugas dan tanggung jawab suami sebagai Bapak atau sebagai kepala rumah tangga. Bila dilaksanakan dengan baik, kelangsungan dan kebahagiaan rumah tangga atau keluarga akan dapat diwujudkan.

Dalam kitab Vanaparva Mahabharata, Yudhistira menyatakan bahwa ibu lebih berat dari bumi dan ayah lebih tinggi dari langit, menegaskan besarnya peran ibu dalam kehidupan keluarga. Tradisi Hindu juga mengenali enam jenis ibu yang patut dihormati: ibu kandung, bidan atau dukun, istri guru, istri pejabat, sapi yang memberikan susu, dan Ibu Pertiwi.

Dalam perspektif ini, ibu adalah pelindung, pembimbing, dan pengasuh yang memainkan peran sentral dalam menciptakan generasi yang berkualitas. Dengan mengikuti ajaran agama, keluarga dapat menciptakan suasana harmonis yang mendukung kesejahteraan dan kebahagiaan. [vt]

Views: 46
Bermanfaat, share yuk:

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *