Press "Enter" to skip to content
Sukirno: Menghormati Ibu, Melampaui Waktu: Refleksi Hari Ibu dalam Perspektif Hindu (Foto: Hindu Channel/Miko)

Menghormati Ibu, Melampaui Waktu: Refleksi Hari Ibu dalam Perspektif Hindu

HinduChannel.tv – Hari Ibu bukan sekedar perayaan simbolis; ia adalah napas dari penghormatan yang abadi, sebuah jeda untuk merenungkan betapa besar peran seorang ibu dalam alur kehidupan. Sukirno Hadi Raharjo, seorang dosen Universitas Terbuka, berbicara tentang makna Hari Ibu dalam bingkai ajaran Hindu, di mana sosok ibu mendapat tempat yang begitu luhur.

Dalam ajaran Hindu, ibu tak sekadar hadir sebagai pelindung dan pengasuh; ia adalah manifestasi cinta yang tak bertepi. Sukirno menjelaskan konsep Tri Rna, tiga utang yang harus dipenuhi oleh manusia sepanjang hayatnya. Salah satunya adalah Rna kepada orang tua, khususnya kepada ibu yang telah memberikan segalanya sejak napas pertama. Dalam Smerti Manavadharmasastra II.227 dinyatakan, “Kesulitan dan kesakitan yang dialami oleh orang tua pada waktu melahirkan anaknya tidak dapat dibayar walaupun dalam seratus tahun.” Sebuah untaian yang mengingatkan kita bahwa kasih sayang seorang ibu adalah anugerah yang tak ternilai.

Sukirno menambahkan, seorang ibu bukan hanya bertaruh tenaga, tetapi juga nyawa saat melahirkan anaknya. Ketika mengandung, ia menjalani berbagai brata demi menjaga kesehatan anak dalam kandungannya. Saat menyusui, ia rela berpantang demi menjaga kemurnian air susu yang menjadi sumber kehidupan bagi buah hatinya.

Pengorbanan itu tak berhenti di sana. Dalam pendidikan, orang tua kembali menyingsingkan lengan untuk memenuhi kebutuhan anak, baik secara fisik maupun emosional. Persembahan doa yang tanpa henti, bahkan air mata yang tak terlihat, menjadi bukti bahwa mereka tak pernah ragu menaruh kebahagiaan anak di atas segalanya. Sukirno menyebutkan, sikap Padasevanam – menghormati orang tua dengan tulus – menjadi salah satu bentuk kemuliaan seorang anak dalam membalas segala cinta dan pengorbanan tersebut.

Namun, perenungan ini tak hanya tentang kasih seorang ibu kepada anaknya. Ia juga menyentuh isu lebih luas tentang posisi perempuan dalam masyarakat. “Tak mungkin dunia menjadi lebih sejahtera jika kondisi perempuan tidak diperbaiki. Tak mungkin burung dapat terbang dengan hanya satu sayap,” ungkap Sukirno, mengutip pemikiran yang relevan dengan perjuangan kesetaraan gender.

Dalam teks suci Yajur Veda XIV.21, ibu bahkan dilukiskan sebagai perintis yang memberi makan, menopang, dan menjadi pusat kecemerlangan keluarga. “Wahai Ibu, engkau adalah perintis cemerlang, mantap, pendukung, yang memberi makan dan menjalankan aturan – aturan seperti bumi, kami memiliki engkau di dalam keluarga untuk usia panjang, kecemerlangan tanpamu aku tak berdaya,” demikian kutipan yang menyentuh hati.

Hari Ibu 2024 ini menjadi momentum untuk merayakan perempuan sebagai penjaga kehidupan dan agen perubahan. Dengan mengangkat tema “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045,” kita diingatkan bahwa kekuatan ibu dan perempuan adalah pilar penting dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Di balik setiap langkah besar yang diukir bangsa, ada doa yang dilantunkan seorang ibu. Selamat Hari Ibu, wahai perempuan yang tak pernah lelah menjadi pelita di tengah kegelapan, senyuman dalam keterpurukan, dan kekuatan di tengah rapuhnya dunia. Engkaulah napas dari perjalanan menuju Indonesia Emas 2045. [za]

Views: 14
Bermanfaat, share yuk:

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *