HinduChannel.tv – Gunung Bromo tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata yang memikat karena pesona alamnya, tetapi juga merupakan rumah bagi tradisi dan budaya Suku Tengger yang kaya akan nilai spiritual. Di tengah hamparan lautan pasir yang luas di kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru, berdiri megah Pura Luhur Poten Bromo. Pura ini menjadi tempat suci dan pusat kegiatan keagamaan bagi Suku Tengger, serta simbol keyakinan mereka.
Vibrasi spiritual dari Pura Luhur Poten Bromo ini sangat terasa, menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. Keberadaan pura ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Sejarah Pura Luhur Poten Bromo
Pura ini didirikan pada tahun 2000 melalui gotong royong umat Hindu Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo. Pendirian pura ini merupakan hasil dari reformasi agama Hindu Dharma yang terjadi di kalangan masyarakat Tengger. Sebelumnya, lahan tempat pura berdiri, yang dikenal sebagai Poten, telah digunakan selama ratusan tahun oleh penduduk Tengger yang beragama Buda Tengger untuk merayakan upacara Labuh Kasada. Nama “Poten” berasal dari kata empot-empoting ati, yang berarti “hati yang terdalam”, ini mencerminkan kedalaman spiritual dan makna pentingnya tempat tersebut bagi masyarakat Tengger. Masyarakat Tengger memperingati hari jadi pura yang dirayakan tiap tanggal 14 Bulan Kasada (ke-12) kalender Saka Tengger, siang hari sebelum perayaan Labuh Kasada.
Konsep Tri Mandala Pura Luhur Poten
- Utama Mandala (jeroan) yaitu tempat utama untuk melaksanaan persembahyangan, tempat ini terdapat beberapa bangunan seperti: Padmasana: bangunan tanpa atap berbentuk candi yang digunakan untuk pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hiasan seperti Bedawang Nala (kura-kura raksasa), naga, garuda dan angsa memperkuat keagungan simboliknya. Bangunan Sekepat: Struktur dengan empat tiang yang terbuka di keempat sisinya, digunakan untuk menyiapkan sarana upacara. Kori Agung: Gapura besar berbentuk tugu dengan ornamen khas yang menambah keindahan dan keagungan pura.
- Madya Mandala (jaba tengah) yaitu tempat untuk persiapan dan pengiringan upacara, area ini dilengkapi dengan Bale Kentongan: Tempat menyimpan kentongan yang dibunyikan sebagai penanda waktu pelaksanaan upacara. Bale Bengong: Area untuk mempersiapkan keperluan ritual, seperti dapur suci yang biasanya digunakan karena lokasi pura jauh dari pemukiman.
- Nista Mandala (jaba sisi) yaitu sebagai tempat peralihan dari luar untuk masuk ke daam Pura. Area ini dilengkapi dengan: Candi Bentar: Gapura sebagai pintu masuk ke pura. Tembok Penyengker: Tembok pembatas pekarangan pura yang menambah unsur sakral sekaligus estetika arsitektur.
Bagi Suku Tengger, Pura Luhur Poten bukan sekedar tempat sembahyang, melainkan pusat kehidupan spiritual. Keberadaannya mencerminkan hubungan yang erat antara manusia dan alam, serta pelestarian tradisi yang diwariskan turun-temurun. Setiap ritual yang dilakukan di pura ini adalah wujud penghormatan kepada leluhur mereka dan semangat menjaga keharmonisan dengan lingkungan. Pura Luhur Poten merupakan cerminan kearifan lokal Suku Tengger yang mengajarkan nilai harmoni dan penghormatan terhadap alam. Selain menjadi tempat ibadah, pura ini juga merupakan warisam budaya yang wajib dilestarikan dan dihormati. (vt)
Be First to Comment