Hinduchannel.tv- Pura Segara Wukir berdiri megah sebagai saksi bisu perjalanan spiritual dan sejarah tanah Jawa. Dengan suasana yang tenang, pura ini merupakan tempat pemujaan yang kaya akan nilai tradisional.
Mangku Parman, satu-satunya pemangku di pura ini, mengungkapkan bahwa meskipun tidak ada umat Hindu yang tinggal di dekat lokasi, ia tetap melayani pura selama 24 jam penuh.
“Ini adalah tugas saya untuk menjaga warisan ini,” ujarnya.
Warisan Raja Brawijaya dan pengaruh Kanjeng Ratu Kidul
Pura ini menyimpan kisah Raja Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, yang menjadikannya tempat meditasi sebelum mencapai moksa di Gunung Lawu. Di tempat ini pula, Kanjeng Ratu Kidul diyakini sebagai penguasa pantai selatan, memberikan energi spiritual yang kuat. Tidak hanya sebagai pusat ritual Hindu, pura ini juga menjadi simbol pertemuan budaya dan agama.
Dalam Pura Segara Wukir terdapat tujuh pelinggih yang melambangkan berbagai dewa dan tokoh spiritual. Salah satu yang menarik adalah pelinggih Ismoyo atau Semar, sosok legenda yang dipercaya menguasai tiga dunia: burbaswah, mikrokosmos, dan makrokosmos.
Mangku Parman menjelaskan bahwa hal ini menunjukkan keterhubungan manusia dengan alam semesta.
Tempat untuk Semua Kepercayaan Meskipun berakar dari tradisi Hindu, Pura Segara Wukir membuka pintu bagi semua kepercayaan.
“Banyak yang datang ke sini untuk memohon keselamatan dan rezeki, terlepas dari keyakinan mereka,” kata Mangku Parman.
Toleransi ini telah menjadikan pura sebagai lambang persaudaraan antarumat beragama. Berdiri sejak abad ke-9, pura ini menjadi penanda penting sejarah penyebaran agama Hindu di Jawa. Meski kini umat Hindu semakin berkurang, Mangku Parman mengaku tetap optimis.
“Saya berharap, suatu hari umat Hindu kembali dan membawa energi baru ke tempat ini,” tutupnya dengan penuh harap.
Untuk menyaksikan lebih banyak tentang Pura Segara Wukir, Anda dapat menonton videonya melalui tautan ini.
Be First to Comment