HinduChannel.tv – Bali yang terkenal dengan keberagaman budaya dan tradisinya, perayaan hari suci pun rutin dilakukan setiap bulannya, ini mencerminkan kedalaman spiritual dan komitmen masyarakat terhadap warisan budaya mereka. Salah satu hari suci yang masih dilestarikan hingga kini adalah Tumpek Wayang, yang jatuh pada Saniscara Kliwon, Wuku Wayang, dan dilaksanakan setiap 210 hari sekali.
Makna Tumpek Wayang
Dalam Lontar Sundarigama disebutkan: Tumpek Wayang adalah pujawali yang dihaturkan kehadapan Ida Bhatara Iswara. Dengan mengupacarai wayang dan peralatannya. Pemujaan kepada Hyang Iswara juga bermakna sebagai permohonan pencerahan. Sebab lingga Beliau ada di timur dimana dari situlah matahari terbit dan memberikan pencerahan dan kehidupan kepada umatnya.
Secara etimologis, “Tumpek” berasal dari kata “tum” yang berarti kesucian dan “pek” yang berarti terakhir. Ini menunjukkan bahwa Tumpek Wayang adalah hari suci yang menandai akhir dari siklus tertentu dalam kalender Bali. Hari ini dianggap sangat sakral oleh umat Hindu, terutama karena berkaitan dengan cerita Langka Kumara yang ingin dimakan oleh Bhatara Kala, karena Langka Kumara lahir bertepatan dengan Wuku Wayang.
Adapun tradisi unik di hari Tumpek Wayang ini, yaitu sehari sebelum Tumpek Wayang atau disebut Paksa Ala yaitu hari yang diyakini Sang Bhuta Kala turun ke dunia. Pada hari ini disebut hari yang tidak baik, tenget atau keramat. Dikatakan keramat karena para tetua dahulu melarang anak kecil berkeliaran pada pukul 12 siang dan pukul 6 sore karena pada dasarnya waktu tersebut merupakan fase peralihan waktu dan dipercaya merupakan waktu yang keramat.
Mitologi dan sejarah tersebut dapat dikaitkan antara keberadaan Bhatara Kala dan Rare Kumara dengan jalan diruwat yang bernama “Sapuh Leger”. Dari sejarah dan mitologi tersebut dapat dianalisa bahwa orang yang lahir saat Tumpek Wayang nasibnya akan sama seperti Rare Kumara yang akan dikejar terus dengan ‘Kala’ atau kegelapan, dan diyakini akan banyak godaan dalam kehidupannya.
Pemaknaan tumpek wayang tidak hanya sebaga peruwatan saja, namun juga sebagai hari yang tepat untuk melakukan pembersihan diri, intropeksi diri dari apa yang sudah diperbuat dan memperbaiki diri untuk mencapai keseimbangan antara manusia dan alam semesta beserta isinya. Tumpek wayang pada hari ini 18 Januari 2025 yang bebarengan dengan Kajeng Kliwon disebut sebagai momentum yang baik bagi umat Hindu untuk membersihkan diri agar terhindar dari “kala” duniawi.
Banten Tumpek Wayang
Pada hari Tumpek Wayang, umat Hindu melakukan sebuah upacara yang penuh makna, yang bertujuan untuk memelihara keharmonisan antara alam, manusia, dan Tuhan agar terhindar dari segala kala duniawi. Tumpek Wayang bukan hanya sekadar perayaan tradisional, tetapi juga sebuah momen penting untuk melakukan persembahan dengan penuh rasa syukur dan harapan agar terhindar dari segala bentuk keburukan atau dosa.
Adapun bebantenan yang harus dihaturkan pada saat hari Tumpek Wayang, seperti yang disebuatkan dalam Lontar Sundarigama ialah: banten suci, peras, ajengan ikannya itik putih, sedah woh. Canang raka, dan pesucian selengkapnya. Sedangkan widhiwidhana untuk manusia yang diibaratkan sebagai wayangnya Hyang Suksma, perlu diadakan pangastiti terhadap diri pribadinya yakni: sesayut tumpeng agung dan penyeneng.
Mantra Tumpek Wayang
Sebagai bagian dari prosesi upacara pada hari Tumpek Wayang, umat Hindu mengucapkan Mantra Tumpek Wayang yang memiliki kekuatan spiritual. Mantra ini dipercaya memiliki kemampuan untuk memohon keberkahan dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari segala keburukan. Berikut adalah Mantra Tumpek Wayang yang bisa dilantunkan:
Om Bhuktiyantu Sarwata Dewa,
Om Bhuktiyantu Triloka satata
Saganah sapari warah
sawarga sadasi dosah
Om Icwara byo svaha
Artinya:
Ya Sang Hyang widhi, yang disebut Iswara, Pencipta keindahan untuk membina keluhuran Budhi nurani manusia, nikmatilah persembahan kami ini bersama hamba-hambaMu, Engkaulah pelindung Tribhuwana ini, semoga terhapuslah mala yang ada di badan kita.
Mantra ini mengandung doa agar Tuhan memberi perlindungan dan menghapuskan segala bentuk dosa yang ada dalam diri setiap individu. Umat Hindu percaya bahwa dengan membaca mantra ini, mereka akan mendapatkan kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan dalam kehidupan.
Melalui upacara Tumpek Wayang, umat Hindu di Bali tidak hanya merayakan kebesaran Tuhan, tetapi juga mempererat hubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Persembahan yang dihaturkan, disertai dengan doa-doa dan mantra, menciptakan suatu keharmonisan yang membawa manfaat bagi kesejahteraan jiwa dan raga. Dalam hal ini Tumpek Wayang merupakan pelaksanaan tata-titi kehidupan masyarakat Hindu untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam semesta dan Sang Pencipta melalui tradisi ritual skala dan niskala.(ev)
Be First to Comment