HinduChannel.tv – Bencana banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Masih menyisakan dampak besar bagi masyarakat. Ribuan warga terdampak, akses jalan terputus, dan operasi pencarian korban terus dikebut oleh tim gabungan. Di antara wilayah yang terdampak, sejumlah umat Hindu di Kota Medan turut mengalami imbas banjir meski skalanya tidak separah daerah lain.
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumatra Utara melaporkan bahwa sekitar 100 rumah umat Hindu di Kota Medan sempat terendam banjir setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Lokasi yang terdampak terutama berada di bantaran sungai seperti Jalan Teratai, Jalan S Parman, dan Jalan Mongonsidi. Ketua PHDI Sumut, Surya, menjelaskan bahwa genangan air hanya bertahan satu hari dan surut pada keesokan harinya sehingga warga tidak perlu mengungsi.
“Wilayah pinggir sungai yang paling terdampak. Untungnya di Medan air cepat surut sehingga umat tidak harus meninggalkan rumah,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa bantuan darurat mulai disalurkan baik oleh pemerintah maupun lembaga masyarakat. PHDI Sumut juga telah membagikan paket sembako dan merencanakan penyaluran 1.000 kotak mi instan bagi warga yang membutuhkan.
Secara keseluruhan, bencana banjir dan longsor yang terjadi sejak akhir November menyebabkan jumlah korban jiwa meningkat signifikan. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Sabtu (29/11/2025), tercatat 303 orang meninggal dunia, sementara 279 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Sumatra Utara menjadi provinsi dengan dampak paling berat. Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, menyampaikan bahwa korban meninggal dunia di Sumut naik dari 116 menjadi 166 orang, dengan 143 orang masih dalam pencarian.
Di Aceh, angka korban juga bertambah. Wilayah Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara menjadi lokasi paling parah terdampak dengan 47 korban meninggal dan 51 orang hilang. Meski demikian, komunitas Hindu di Banda Aceh dipastikan dalam kondisi aman. Sementara itu di Sumatra Barat, jumlah korban meninggal telah mencapai 90 orang. Daerah Padang Panjang, Tanah Datar, Kabupaten Solok, dan Kota Padang mencatat kerusakan paling luas dengan banyaknya jalan terputus dan titik longsor baru yang muncul.
Ketua PHDI Aceh, Paini, mengonfirmasi bahwa umat Hindu di Aceh tidak terdampak langsung. Sebagian besar komunitas Hindu tinggal di Kota Banda Aceh, jauh dari lokasi banjir terbesar. Hal serupa disampaikan Ketua PHDI Sumbar, Prof. Dr. Ketut Budaraga, yang menyebut hanya satu keluarga Hindu di Sumbar yang rumahnya sempat tergenang namun tidak mengalami luka. Tidak ada pura di Aceh maupun Sumbar yang dilaporkan rusak akibat bencana.
Di tengah meningkatnya jumlah korban, pemerintah pusat mengerahkan berbagai upaya percepatan penanganan darurat. Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI-Polri, BNPB, dan relawan bekerja selama 24 jam untuk membuka akses terputus, mengevakuasi warga, serta memastikan data korban tervalidasi. Bantuan logistik berupa makanan, air bersih, dan kebutuhan dasar lainnya terus didistribusikan ke lokasi-lokasi yang dapat dijangkau. Sejumlah fasilitas kesehatan darurat juga didirikan untuk melayani warga yang terluka maupun yang membutuhkan pertolongan cepat.
Presiden RI Prabowo Subianto menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban dan memastikan pemerintah akan terus mengirim bantuan, termasuk melalui pesawat Hercules C-130 dan A-400 yang dioperasikan untuk menjangkau wilayah terisolasi. “Mari kita bersama mendoakan dan membantu saudara-saudara kita yang terdampak. Semoga cobaan ini dapat segera kita lalui dengan kekuatan dan kebersamaan,” pesannya.
BNPB mengingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah Sumatera. Kondisi tanah yang labil akibat curah hujan tinggi meningkatkan risiko longsor susulan, terutama di daerah perbukitan dan pinggiran sungai. Masyarakat diminta tetap waspada dan mengikuti arahan resmi dari petugas terkait evakuasi maupun mitigasi risiko.



